1. Pendahuluan
Panduan Membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) – Paradigma tugas guru mulai
berubah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan tugas guru sebagai pengajar. Hal itu berubah di
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yakni tugas guru
mendidik. Untuk melaksanakan tugas mendidik itu ditegaskan oleh Undang-undang
Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa guru wajib memiliki empat
kompetensi. Keempat kompetensi itu adalah kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian.
Sebagai pendidik yang memiliki
kompetensi profesional, guru membuktikannya dengan sertifikat. Sertifikat itu
didapat melalui kegiatan sertifikasi guru. Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 18 Tahun 2006 tentang Sertifikasi Guru menyatakan bawa guru
harus mengumpulkan dokumen untuk pengisi portofolio. Salah satu dari komponen
portofolio itu adalah pengembangan profesi. Salah satu dari komponen
pengembangan profesi itu adalah laporan
penelitian tindakan kelas.
Berdasarkan hal itu, penelitian
tindakan kelas (PTK) menjadi penting bagi guru. Ada semacam
kemutlakan bahwa guru harus melakukan kegiatan ini. Bahan sederhana ini
merupakan sumbangan kepada sejawat guru untuk melakukan PTK. Panduan
sederhana bagi guru untuk dapat melakukan penelitian tindakan kelas.
Dengan membaca bahan ini, kesulitan-kesulitan yang selama ini dialami
guru ketika melakukan PTK,
mudah-mudahan teratasi.
Bahan sajian ini ditulis dalam
dua bagian atau dua garis besar isi. Bagian pertama membahas konsep-konsep
dasar penelitian tindakan kelas. Bagian ini dimaksudkan untuk mengantarkan
pembaca ke tingkat pemahaman konsep menuju penerapan atau aplikasi.
Konsep-konsep disajikan secara sederhana, secara lugas, dan diiringi dengan
contoh-contoh kongkret. Dengan penyajian dan contoh itu memungkinkan guru dapat
memahami konsep dengan mudah. Selain itu, bagian ini juga disajikan secara
bervariasi dan menghimpun sejumlah pendapat pakar tentang konsep penelitian
tindakan kelas. Pendapat-pendapat itu ditampilkan untuk meletakkan pemahaman
dasar tentang konsep penelitian tindakan kelas. Dengan demikian pembaca akan
dapat membuat konklusi dari sajian ini.
Bagian kedua adalah bagian penerapan. Bagian ini membukakan
jalan bagi sejawat guru untuk melangkah menuju kegiatan PTK. Kegiatan diawali
dengan menyusun perencanaan atau proposal penelitian tindakan kelas. Dari mana
dan bagaimana memulai kegiatan penelitian tindakan kelas, dijelaskan pada
bagian ini. Selanjutnya dijelaskan dalam bentuk pelatihan-pelatihan praktis
secara bertahap dan berkesinambungan. Guru dipandu melangkah secara bertahap,
selangkah demi selangkah, hingga sampai ke pelaksanaan tindakan dan penyusunan
laporan.
Dengan dua garis besar sajian ini, diharapkan guru bukan
saja memahami konsep dan teknik penelitian tindakan kelas, tetapi lebih dari
itu, yakni guru akrab dan terbiasa melakukan kegiatan ini. Tentu saja hal ini
kembali berpulang kepada sejawat guru dalam aplikasinya.
Ada tujuh tujuan yang ingin
dicapai dengan sajian ini. Ketujuh tujuan itu adalah agar peserta kegiatan ini
mampu: (1) menjelaskan konsep dasar dan pengertian penelitian tindakan
kelas; (2) mengungkapkan karakteristik penelitian tindakan kelas; (3)
menjelaskan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas; (4) mengungkapkan tujuan
dan manfaat penelitian tindakan kelas; (5) mendeskripsikan prosedur pelaksanaan
penelitian tindakan kelas; (6) mengidentifikasi masalah yang dapat diteliti;
dan (7) menyusun rencana (proposal) penelitian tindakan kelas.
2. Uraian Materi
2.1 Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu upaya dari pihak
terkait, khususnya guru sebagai pengajar, untuk meningkatkan atau memperbaiki
proses belajar mengajar ke arah tercapainya tujuan pendidikan atau pengajaran
itu sendiri. Masalah penelitiannya bersumber dari lingkungan kelas yang
dirasakan sendiri oleh guru untuk diperbaiki, dievaluasi dan akhirnya dibuat
suatu keputusan sebagai solusi dan dilaksanakan suatu tindakan untuk memecahkan
masalah dalam pembelajaran tersebut (Indrawati, dkk. 2001:10).
Pada dasarnya, guru telah melaksanakan penelitian ini. Guru
yang piawai, senantiasa melakukan perbaikan terhadap pembelajaran yang
dilakukannya. Jika hari ini guru kurang puas dengan proses pembelajaran yang
dilakukan, dia berusaha memperbaikinya untuk besok, dan begitu seterusnya.
Ketidakpuasan guru dalam proses pembelajaran adalah mencirikan adanya masalah.
Masalah tersebut muncul dari lingkungan kelas. Hal itu dirasakan sendiri oleh
guru untuk diperbaiki. Dengan kegiatan itu, pada hakikatnya, guru telah
melakukan penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas
adalah salah satu usaha untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran dalam
rangka mencapai tujuan.
Dengan demikian, konsep
dasar PTK adalah: (a) mengetahui secara jelas masalah-masalah
yang ada di kelas; (b) mengatasi masalah-masalah yang ada di kelas.
Guru sebagai peneliti dalam
PTK, pertama-tama mencari masalah yang dihadapi di kelasnya. Masalah itu
ditemukan di dalam pembelajaran, bukan di luar pembelajaran. Kemudian, masalah
itu dikaji, dibahas, terutama hal-hal yang berhubungan dengan akibat atau
dampaknya, cara mengatasinya, dan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengatasinya. Jadi, peneliti menemukan hal yang harus diperbaiki dan
menggunakan tindakan untuk mengatasinya.
Suyanto dalam Depdiknas (2004)
menyatakan,
“Penelitian
tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.”
PTK
dikatakan bersifat reflektif karena guru sebagai peneliti selalu memikirkan apa
dan mengapa satu dampak tindakan terjadi di kelas. Dari pemikiran itu kemudian
dicarikan pemecahannya. Pemecahan tersebut berupa tindakan-tindakan. Sebelum
tindakan dilakukan harus ada perencanaan terlebih dahulu. Pada perencanaan
inilah terletaknya perbedaan antara yang biasa dilakukan guru dengan PTK yang
sebenarnya. Bedasarkan hal itu, Depdiknas mengungkapkan bahwa PTK merupakan:
(a) bentuk kajian yang sistematis reflektif; (b) dilakukan oleh pelaku tindakan
atau guru; (c) dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran.
Wujud pelaksanaan PTK meliputi sejumlah kegiatan penting.
Kegiatan itu adalah: refleksi awal, perencanaan, tindakan, observasi untuk
keperluan evaluasi. Selanjutnya dilakukan refleksi terhadap hasil tindakan.
Begitulah seterusnya sampai memenuhi siklus yang direncanakan. Refleksi awal
dimaksudkan untuk menemukan masalah-masalah yang harus dipecahkan. Hasil
refleksi itu menjadi acuan untuk menyusun rencana tindakan. Rencana tindakan
itu berupa alternatif-alternatif pemecahan masalah. Sedangkan tindakan adalah
kegiatan memilih alternatif terbaik dan kemudian melakukan tindakan sesuai
dengan alternatif pilihan itu. Observasi dimaksudkan untuk mengumpulkan data
tentang tindakan-tindakan yang dilakukan. Data-data itu kemudian dijadikan
sebagai bahan evaluasi. Sedangkan refleksi akhir dimaksudkan untuk melihat
kembali masalah-masalah yang telah terselesaikan dana masalah-masalah baru yang
timbul karenanya.
2.2 Karakteristik PTK
Indrawati (2001:11) mengungkapkan sepuluh karateristik PTK.
Kesepuluh karakteristik itu adalah seperti betikut ini.
(1) Masalah yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK
harus berasal dari persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi
guru. Permasalahan penelitian hendaknya bersifa kontekstual dan spesifik.
(2) Tujuan utama PTK adalah untuk meningkatkan atau
memperbaiki praktik-praktik pembelajaran secara langsung ketimbang menghasilkan
pengetahuan baru
(3) PTK berlingkup makro, dilakukan dalam lingkup kecil,
bisa satu kelas atau beberpa kelas di satu sekolah sehingga tidak terlalu menghiraukan
kerepresentatifan sampel. Istilah sampel dan populasi tidak diperlukan dalam
PTK, karena hasilnya bukan untuk digeneralisasi.
(4) Hasil atau temuan PTK adalah pemahaman yang mendalam
(komprehensif) mengenai kehidupan/fenomena pembelajaran di kelas.
(5) PTK bersifat praktis dan langsung, relevan untuk
situasi aktual dalam dunia kerja atau dunia pendidikan.
(6) Pada PTK, peneliti (guru) tetap melaksanakan
tugas mengajarnya sehari-hari di kelas, dan guru sebagai peneliti dapat
melakukan perubahan-perubahan atau pemecahan masalah untuk memperbaiki atau
meningkatkan pembelajaran.
(7) PTK adalah jenis penelitian terapan yang melibatkan
peneliti secara aktif dan langsung, mulai dari pembuatan rancangan penelitian,
rencana tindakan, hingga pada penerapannya dengan modifikasi intervensi
yang sesuai dengan perkembangan kelas.
(8) PTK bersifat fleksibel dan adaptif, membolehkan
perubahan-perubahan selama dalam masa penelitian, tidak menghiraukan kontrol
demi kepentingan pelaksanaan yang lebih terfokus pada penelitian (on the spot experimentation)
dan inovasi.
(9) PTK dapat dilaksanakan secara koloboratif, yaitu
kerjasama di antara guru dan teman sejawat, atau kepala sekolah dan pakar
pendidikan, untuk berbagi kepakaran dan pemahaman terhadap fenomena yang
diteliti. PTK juga dapat dilakukan secara individual (oleh hanya seorang
peneliti), dan atau dalam bentuk tim peneliti.
(10) PTK dilaksanakan dengan langkah-langkah berupa siklus
yang sistematis, dengan urutan: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan,
dan refleksi.
Depdiknas (2003) menyebutkan tiga karakteristik penelitian
tindakan kelas (PTK). Ketiga karakteristik itu adalah: (1)
permasalahan diangkat dari dalam kelas; (2) penelitian bersifat kolaboratif;
dan (3) adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki pembelajaran.
Permasalahan PTK harus diangkat
dari dalam kelas. Bukan masalah di luar kelas. Artinya, masalah-masalah yang
menjadi dasar dari PTK adalah masalah interaksi guru dengan siswa dalam
pembelajaran, bukan yang berada di luar itu. Jika tempat tinggal anak jauh dari
sekolah, kemudian pembelajarannya terganggu, itu bukan masalah PTK. Akan
tetapi, anak tidak mau mengajukan pertanyaan di kelas, ia cendrung pasif, itu
dapat dijadikan masalah PTK. Tegasnya masalah PTK adalah masalah yang salusinya
dapat ditemukan oleh guru melalui tindakan-tindakan.
Penelitian bersifat kolaboratif. Artinya penelitian
dilakukan bersama oleh guru, baik sesama guru, maupun bersama kolaborator lain
seperti dosen, widyaiswara, dan sebagainya. Kolaborasi dilakukan dalam rangka
saling memberi dan saling membantu. Saling memberi maksudnya, jika seorang guru
tampil dalam pembelajaran, guru lain atau kolaborator lain dapat mengamati.
Dari pengamatan itu akan diperoleh masukan untuk perbaikan atau motivasi dari
hal-hal yang telah baik. Selanjutnya hal yang telah baik itu dikembangkan.
Di dalam PTK ada tindakan, ada tindakan tertentu untuk
melakukan perbaikan. Perbaikan di dalam PTK bukan berupa teori, anjuran, dan
saran. Akan tetapi, perbaikan di dalam PTK berupa tindakan, perlakuan yang
benar-benar menjurus atau mengarah kepada perbaikan. Bisa saja tindakan itu
berasal dari teori tertentu, tetapi bukan teorinya yang lebih penting, tetapi
tindakannya. Sejauh mana kemangkusan suatu tindakan untuk memecahkan masalah,
itulah hakikat tindakan tersebut.
2.3 Prinsip-prinsip PTK
Ada enam prinsip PTK. Keenam prinsip itu adalah:
(1) PTK yang dilaksanakan oleh guru hendaknya tidak
mengganggu tugas utama guru dalam melaksanakan proses belajar mengajarnya.
(2) Metode pengumpulan data tidak menyita waktu guru dalam
mengajar.
(3) Metodologi yang digunakan harus reliabel sehingga
memunginkan guru dapat mengembangkan PBM dan meerapkannya di kelas lain.
(4) Masalah yang diteliti hendaknya jangan terlalu luas dan
kompleks sehingga dapat dipecahkan sendiri oleh guru melalui pelaksanaan PTK.
(5) Pemecahan masalah hendaknya mengacu pada kebutuhan guru
sebagai peneliti, namun tetap memperhatikan prosedur yang harus ditempuh di
lingkungan kerja.
(6) Jika memungkinkan, PTK dilakukan untuk meningkatkan
upaya pencapaian tujuan atau prioritas sekolah di masa datang.
2.4 Tujuan dan Manfaat PTK
Ada lima tujuan PTK. Kelima tujuan itu adalah:
(1) memperbaiki praksis pembelajaran di kelas; (2)
meningkatkan kualitas proses pembelajaran;
(3) meningkatkan kualitas hasil pembelajaran; (4)
meningkatkan pelayanan sekolah terhadap pembelajar;
(5) meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran.
Sedangkan manfaat PTK adalah:
(1) inovasi pembelajaran;
(2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah;
(3) peningkatan profesionalisme guru;
(4) pengoptimalan pelayanan kepada pebelajar.
2.5 Prosedur Pelaksanaan PTK
Prosedur PTK terdiri dari empat langkah utama. Keempat
langkah utama itu adalah perencanaan (plan),
tindakan (action),
pengamatan (observation),
dan refleksi (reflection).
Menurut Djojosuroto (2004: 146), keempat prosedur itu dapat dijabarkan seperti
berikut ini:
(1) Melaksanakan
survei terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Teknik yang
digunakan: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, tes, atau teknik lain
(2) Mengidentifikasi
berbagai masalah yang dirasakan perlu untuk segera dipecahkan. Misalnya: siswa
sangat pasif selama pembelajaran
(3) Merumuskan
secara jelas, dengan disertai penjelasan tentang
penyebab-penyebabnya. Misalnya siswa sangat pasif selama pembelajaran karena
dalam memimpin pembelajaran guru hanya menggunakan teknik ceramah.
(4) Merencanakan
tindakan untuk mengtasi masalah yang muncul tersebut.
Misalnya untuk pelajaran bahasa Indonesia guru menerapkan teknik bermain peran (role play) dengan
mempertimbangkan bahwa dengan teknik tersebut siswa dapat mengembangkan
keterampilan berbahasa dengan ragam yang dikehendaki.
(5) Melaksanakan
tindakan, yang dalam contoh di atas ialah menerapkan teknik bermain
peran dalam pelajaran bahasa Indonesia.
(6) Melakukan
pengamatan terhadap kinerja dan perilaku siswa. Tujuannya adalah
untuk mengetahaui ada tidaknya perubahan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
(7) Menganalisis
dan merefleksi: menjelaskan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
tindakan. Misalnya dengan teknik bermain peran siswa mulai menammpakkan
keberaniannya menggunakan bahasa Indonesia dengan ragam tertentu. Masalahnya:
mereka masih terkesan malu-malu
kucing.
(8) Melakukan
perencanaan tindakan ulang untuk meningkatkan kualitas kinerja
seperti yang dihendaki dan/atau memecahkan masalah yang tersisa, yang di dalam
contoh di atas adalah rasa malu-malu kucing. Ketika sampai ke langkah yang
kedelapan ini, peneliti sudah memasuki siklus yang kedua.
Maryunis (2002)
menyatakan rangkaian kegiatan dalam prosedur PTK yaitu: (1) merasakan ada yang
‘tidak beres’;
(2) memperjelas masalah; (3) merencanakan tindakan; (4) melaksanakan tindakan;
(5) mengamati perubahan yang terjadi; dan (6) merenungkan hasil-hasil
pengamatan untuk bahan perencanaan berikutnya. Hal itu pada hakikatnya sama
dengan yang dikemukakan oleh Djojosuroto di atas.
Prosedur awal dari PTK adalah merasakan ada sesuatu yang
‘tidak beres’. Jika ada sesuatu yang tidak beres, pertanda ada masalah.
Tentu saja masalah itu bukan satu, mungkin lebih dari satu. Oleh karena itu,
peneliti (guru) perlu mencari fokus masalah yaitu masalah yang dianggap paling
utama. Fokus masalah itu dianalisis oleh peneliti. Inti analisisnya adalah
mengungkapkan faktor penyebab masalah, memprediksi implikasi (akibat yang bisa
timbul jika masalah tidak diatasi), dan intervensi (deskripsi beberapa strategi
pembelajaran sebagai alternatif untuk memecahkan masalah). Jadi penentuan
masalah dan analisis masalah merupakan prosedur awal dari PTK.
Prosedur kedua adalah rencana pemecahan masalah atau
rencana tindakan. Hal-hal yang direncanakan pada tahap ini adalah memilih dan
menentukan pokok bahasan yang akan dijadikan objek PTK; memilih dan menetapkan
strategi pembelajaran sebagai tindakan pemecahan masalah; menyusun
langkah-langkah penerapan strategi dalam bentuk desain atau rencana
pembelajaran; merumuskan kembali masalah, dan diikuti dengan hipotesis
tindakan. Jadi ada semacam kegiatan hierarkis pada prosedur ini. Dimulai dari
pokok bahasan yang akan diteliti dan diakhiri dengan perumusan hipotesis
tindakan.
Perumusan kembali masalah dan
hipotesis tindakan disarankan oleh Aleks Maryunis (2002) sebagai berikut:
Masalah:
Apakah dengan melakukan … dapat
dicapai …?
Hipotesis Tindakan:
Dengan melakukan … dapat dicapai ….
Prosedur ketiga adalah adalah
penetapan rencana pengumpulan data. Hal yang direncanakan pada bagian ini
adalah penyusunan instrumen pengumpul data. Instrumen yang disusun ditetapkan
untuk pengumpulan data apa, digunakan kapan, dan yang menggunakan siapa, jika
memerlukan responden, respondennya siapa dan jumlahnya berapa. Pada bagian ini
benar-benar terlihat hal-hal yang berhubungan dengan pengumpulan data.
Prosedur keempat adalah rencana
analisis data. Pada bagian ini ditetapkan teknik untuk menganalisis data.
Dengan cara atau teknik bagaimana data dianalisis, ditetapkan pada bagian ini.
Selain itu, pada bagian ini juga ditetapkan interpretasi data atau refleksi.
Dengan demikian, rencana tindakan selanjutnya dapat disusun berdasarkan hasil
refleksi. Begitulah seterusnya sampai pada siklus yang kesekian.
2.6 Masalah-masalah yang Dapat Diteliti
Hopkins dalam Djojosuroto
(2004:149 – 150) mengelompokkan masasalah yang dapat diteliti atas dua
kelompok. Kelompok pertama adalah pembelajaran (learning), kelompok kedua pengelolaan
kelas (class
managemen). Hal yang berkenaan dengan pembelajaran (learning) yang
dapat diteliti di antaranya adalah:
(a) pemahaman konsep yang tidak
tepat;
(b) kesulitan membaca lambang-lambang;
(c) kesulitan menulis dengan
rapi;
(d) kesalahan strategi belajar;
(e) rendahnya prestasi belajar.
Hal yang berkaitan dengan
pengelolaan kelas (class
managemen) yang dapat diteliti antara lain meliputi:
(a) sering terlambat hadir
dalam kelas;
(b) sikap pasif di kelas;
(d) sikap agresif terhadap
guru;
(e) sering mengantuk;
(f) sering membolos;
(g) menyontek ketika ujian;
(h) sering tidak menyelesaikan
tugas tepat waktu.
2.7 Proposal dan Laporan PTK
Proposal atau rencana PTK
dibuat sebelum penelitian dilakukan. Proposal ini akan menjadi pedoman bagi
peneliti untuk melakukan penelitian. Selain itu, proposal juga berguna sebagai
bahan untuk mendapatkan dukungan dari pihak sponsor. Dukungan sponsor itu dapat
berupa dukungan moral, material, dan dana. Dengan demikian, ada dua fungsi
proposal yakni, sebagai pedoman bagi peneliti dan sebagai bahan pertimbangan
bagi sponsor untuk membantu pelaksanaan penelitian.
Kerangka atau sistematika
proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) banyak variasinya. Variasi itu lebih
banyak dipengaruhi oleh jenis rujukan atau ragam pakar yang merumuskannya.
Meskipun variasnya banyak, pada hakikatnya variasi itu tidak mengubah konsep
dan prinsip proposal PTK. Hal yang disajikan di sini adalah salah satu variasi
itu.
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
1. Pendahuuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.3 Manfaat Penelitian
2. Kajian Pustaka dan Hipotesis
Tindakan
3. Metode Penelitian
3.1 Setting Penelitian
3.2 Subjek Penelitian
3.3 Sumber Data
3.4Teknik dan Alat Pengumpul
Data
3.5 Teknik Analisis Data
3.6 Indikator Kinerja
3.7 Prosedur Penelitian
4. Hasil Penelitian dan
Pembahasan *)
4.1 Deskripsi Hasil
4.2 Pembahasan
5. Penutup*)
5.1 Simpulan
5.2 Saran
Lampiran:
Kepustakaan
Personalia Peneliti
Jadwal Penelitian
Rencana Anggara Biaya
3. Pertanyaan dan Tugas
3.1 Pertanyaan
(1) Jelaskan secara
ringkas konsep dasar dan pengertian penelitian tindakan kelas (PTK)!
(2) Ungkapkanlah dengan
jelas karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK)!
(3) Jelaskanlah secara
ringkas prinsip-prinsip penelitan tindakan kelas (PTK)!
(4) Ungkapkanlah secara
ringkas tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas (PTK)!
(5) Deskripsikanlah
secara ringkas prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK)!
3.2 Tugas
(1) Susunlah rencana penelitian
tindakan kelas berdasarkan alur pelatihan ini!
(2) Lakukan penelitian sesuai
dengan rencana yang disusun!
(3) Susunlah laporan hasil
penelitian!
Diambil dari : http://alifauzan.web.id/panduan-membuat-penelitian-tindakan-kelas-ptk.html
0 komentar:
Posting Komentar